Minggu, 20 Januari 2019

Histologi Respirasi


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
       Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Kekayaan tersebut harus dilindungi dan dilestarikan agar tidak punah di masa yang akan datang. Salah satu upaya pelestarian keanekaragaman hayati tersebut dapat berupa kegiatan ekplorasi mengenai flora ataupun fauna melalui penelitian sehingga hasil penelitian tersebut nantinya dapat mendukung upaya konservasi flora maupun fauna yang diteliti (Hamny, 2015).
       Histologi adalah bidang ilmu biologi yang mempelajari tentang sruktur jaringan secara mendetail dengan menggunakan mikroskopis. Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama sehingga membentuk suatu kesatuan struktural dan fungsional yang nantinya akan membentuk suatu organ. Jaringan, pada setia organ sistem pencernaan terdiri dari lapisan yang sama, yaitu mukosa, submucosa, muskularis dan adventitia. Histologi respirasi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan yang terdapat pada organ sistem respirasi. Histologi berasal dari kata histon yang artinya kumpulan beberapa sel yang mempunyai satu atau lebih kekhususan fungsi yang membentuk jaringan (Junqueira, 1971)
       Sistem dalam tubuh merupakan kesatuan dari berbagai jaringan yang mempunyai spesialisasi yang berbeda, dalam hal ini spesialisasi bentuk, ukuran namun memiliki tujuan yang sama yaitu mendukung berlangsungnya kerja dari satu sistem organ tubuh.  Sistem-sistem dalam tubuh yang saling berkoordinasi akan dapat mempertahankan keseimbangan dalam tubuh atau homeostasis dalam tubuh sehingga suatu organisme dapat bertahan hidup (Semihardjo, 1990).
       Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup (Carneiro, 2005)
       Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk (Glenn, 1999)
        Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara (Carneiro, 2005)
       Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut juga laring (Mader, 1999)        Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saat kita berbicara. Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal dari pada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih mudah terserang penyakit bronchitis (Glenn, 1999).
       Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur. Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat (Mader,1998) 
       Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru (Bardelli,2010).

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan diadakannya praktikum ini untuk mengetahui jaringan-jaringan penyusun komponen-komponen system pernapasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Sistem pernapasan merupakan tempat terjadinya pertukaran gas antara darah dan udara. Sistem respirasi dibagi menjadi dua bagian pokok yaitu : bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi berperan sebagai pencuci, memanasi atau mendinginkan dan membuat udara lebih lembab, sedangkan bagian respirasi merupakan tabung yang menghubungkan dunia luar dan paru-paru. Saluran ini terdiri dari hidung, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Bagian respiratoria merupakan bagian dari paru-paru yang berfungsi untuk pertukaran gas antara darah dan udara. Bagian ini terdiri dari saccus alveolaris dan ductus alveolus. Fungsi primer sistem pernapasan ialah menjamin terlaksananya pertukaran gas (oksigen dan karbondioksida) antara organisme dengan lingkungannya. Penyalur udara (rongga hidung, nasofarings, laringo farings, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus) menjamin aliran udara pernapasan dari dan ke daerah pertukaran udara dalam paru-paru (Leeson, 1996).
Laring merupakan lapisan tabung ireguler yang meguhubungkan faring dengan trakea. Dalama lamina propia terdapat sejumlah rawan laring. Stuktur palaing rumit dalam system pernapasan. Rawan-rawan yang lebih besar (Tiroid, krikoid, dan sebagian besar aritenoid) adalah rawan hialan dan pada orang tua sebagian besar dapat mengalami kalsifikasi, Rawan yang lebih kecil adalah rawan elastin. Ligamen-ligamen menghubungkan rawan tersebut satu sama lain dan sebagian besar bersambung dengan otot-otot instrinsik laring, dimana mereka sendiri tidak bersambungan karena itu adalah otot lurik
Trakea adalah salah satu penyusun saluran dalam system pernapasan. Jaringan penyusun trakea  adalah terdiri atas. Epitel  tipe pseudostratified columnar yang disokong lamina basal dan lamina propria. Epitel dan lamina propria menyusun lapisan mukosa. Lapisan submukosa  terdapat di antara mukosa dan karilago, tersusun atas jaringan pengikat padat, mengandung kelenjar seromukous (kelenjar trachealis). Kartilago hialin bentuk huruf C, terbuka pada bagian posterior. Antar ujung karilago dihubungkan oleh otot polos. Kartilago diselubungi  oleh jaringan pengikat padat perikondrium. Lapisan paling luar adalah adventitia, tersusun oleh jaringan pengikat (Duval,1959).
Trakea dibagi menjadi dua bagian yaitu, bagian servikal dan mediastinal dibagi oleh garis sepanjang horizontal sepanjang bukaan thoraks dengan leher berada dalam posisi vertikal. Pada anak-anak, trakea  bagian thorakal sedikit lebih pendek dibandingan bagian servikal. Sementara pada orang dewasa bagian torakal mencakup dua pertiga dari seluruh panjang trakea. Trakea menghubungkan laring dengan bronkus utama. Struktur ini terletak di garis tengah tubuh, dengan bagian distal yang biasanya mengarah ke sisi kanan. Batas atas trakea lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Pada bayi yang baru lahir batas atas trakea terletak pada tingkat vertebra serviks kedua dengan adanya penurunan dari laring seiring dengan bertambahnya usia, maka batas atas trakea mencapai vertebra servikal kelima pada anak berusia lima tahun dan akhirnya mencapai tingkat vertebra keenam pada usia lima belas tahun (Duval, 1959)
Trakea membelah menjadi dua brokus utama yang masuk kedalam paru-paru pada tiap hilus. Sealain itu pada tiap-tiap hilus arteri dan vena pemebuluh limmfe masuk dan meninggalkan paru-paru. Struktur ini dikelilingi oleh jaringan penyambung padat dan membentuk akar paru- paru. Stelah masuk kedalam paru-paru bronkus primer menuju bawah dan luar untuk membentuk 3 bronkus. Pada paru-paru kanan 2 bronkus dan pada paru-paru kiri bronkus lobaris bercabang-cabang memebentuk bronkus yang lebih kecil yang disebut bronkiolus ( Carneiro, 2005)
Bronkus primer kiri dan kanan bercabang membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan dan 2 bronkus pada paru-paru kiri.  Bronkus-bronkus ini bercabang berulang-ulang membentuk bronkus-bronkus yang lebih kecil,  dan cabang-cabang terminalnya dinamakan bronkiolus. Masing-masing bronkiolus bercabang-cabang lagi membentuk 5 – 7 bronkiolus terminalis. Tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau lebih.Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia.  Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan bronkus.  Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan seromukosa.  Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin (Jasquiera, et al. 1980).  
Lobulus paru-paru berbentuk pyramid dengan apeks yang mengarah kearah permukaan paru- paru. Tiap lobules dibatasi oleh septum jaringan penyambang tipis yang terlihat pada fetus. Bronkiolus tidak memiliki kelanjar pada mukosanya tetapi hanya ditunjukkan oleh adanya sel-sel goblet yang tersebar dalam epitel permulaan. Pada bronkiolus yang lebih besar epitelnya terdapat silia. Pada bronkiolus terminal , selain sel-sel bersilia , bronkus terminal juaga terdapat sel- sel yang permukaan apikalnya berbentuk kubah ( Carneiro, 2005)
Saluran alveoli dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis.  Dalam lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin.  Jaringan ikatnya berupa serabut elastin dan kolagen.  Serabut elastin memungkinkan alveoli mengembang waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveoli yang tipis.  Saluran alveolaris bermuara pada atria (suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris) (Yatim, 1992).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya  pada sakus alveolaris.  Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara dan darah.  Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan lamina propria yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin (Samsuri, 2004).
            Alveoli merupakan evaginasi kecil seperti kantung dari bronkiolus respiratoris, duktus alveolaris dan sakus alveolaris. Alaveoli merupakan bagian terminal cabang- cabang bronkus dan bertanggunga jawab atas struktur paru-paru yang menterupai busa. Secara structural alveoli menyerupai kantong kecil yang terbuka pada salah satu sisinya. Serabut-serabut yang dirancang agar memungkinkan perkembangan dan kontraksi dinding alveoli, merupakan struktur primer penyokong alveoli. Pada interstitial septa ditemukan leuukosit, makrofag, dan fibroblast. Oksigen udara alveoli masuk kedalam kapiler dan melalui membrane yang membatasi udara dan alveoli, CO2 dan H2CO3 dikatalis oleh enzim ahidrase karbonat yang terdapat dalam sel-sel darah merah. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila eritrosit mengandung 300 juta alveoli, jadi sangat menambah permukaan pertukaran interna yang telah dihitung kira- kira 70-80 m2 (Tambayong, 1995)  
Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang bertipe elastis. Cabang arteri ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-cabang mengikuti percabangan bronkus sejauh bronkioli respiratori. Dari sini arteri tersebut memberi percabangan menuju ke ductus alveolaris, dan memberi anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula menampung darah dari anyaman kapiler di pleura dan dinding penyekak alveolus. Vena yang menampung darah dari venula tidak selalu seiring dengan arterinya, tetapi melalui jaringan pengikat di antara lobulus dan segmen. Pulmonalis dan vena pulmonalis terutama untuk pertukaran gas dalam alveolus. Disamping itu terdapat arteri bronchialis yang lebih kecil, sebagai cabang serta mengikuti bronchus dengan cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan untuk nutrisi dinding bronchus termasuk kelenjar dan jaringan pengikat sampai di bawah pleura. Darah akan kembali sebagian besar melalui vena pulmonalis disamping vena bronchialis (Yatim, 1992).
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Histologi Sistem Respirasi ini dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Oktober 2017 pukul 13.15 WIB di Laboratorium Teaching II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada Praktikum Histologi Sistem Respirasi ini adalah mikroskop dan kamera. Adapun bahan yang digunakan pada Praktikum Histologi Sistem Respirasi ini adalah preparat permanen sistem respirasi.
3.3 Cara kerja
Pada Praktikum Histologi Sistem Respirasi ini cara kerjanya adalah menyiapkan alat dan bahan. Kemudian pasang kabel mikroskop dan tekan tombol on pada mikroskop. Letakan preparat permanen pada meja objek dan amati dengan perbesaran 4x10 lalu ambil gambar menggunakan kamera. Tukar perbesaran menjadi perbesaran 10x10 lalu ambil gambar menggunakan kamera. Setelah gambar didapatkan perlihatkan gambar kepada asisten.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Histologi Bronkus Ekternal Pulmo (BEP)




Berdasarkan pengamatan histologi BEP didapatkan histologi BEP terdiri dari selaput luar, lumen, otot polos dan kartilago. BEP berbentuk seperti huruf c yang di kelilingi oleh selaput luar. Dan mempunyai kartilago yang tersisa dari trakea.
            Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Tunica mucos terdiri dari epithelium pseudostratificatum  berbentuk (terdapat cilia), membran basalis dan lamina propria: jaringan konektif elastis nodus limfatikus. Tunica musculocartilaginea terdiri dari musculus spiralis (otot polos), Cartilago bronchialis (Hyalin). Tunica adventitia terdiri dari  jaringan ikat, sedikit jaringan lemak dan glandula seromucosa (Bevelander, 1988).
4.2 Histologi Pulmo           
                                 
Berdasarkan hasil pengamatan histologi pulmo dapat diamati bahwa histologi pulmo terdri dari banyak alveola. Alveola pada pulmo berbentuk seperti ruang-ruang kosong. Alveola ini memenuhi semua ruang pulmo. Pulmo juga terdiri dari vena dan arteri.
Pada gambar dalam histologi pulmo ini terlihat bulatan kecil yang sangat banyak. Bulatan-bulatan alveolus yang berbentuk busa ini dapat mencapai 600 juta, pada masing-masing paru-paru. Hal ini sesuai dengan pendapat Duval, (1959) bahwa Struktur alveolus yang banyak ini akan memperluas permukaannya sehingga pertukaran O2 dan CO2 di dalam paru-paru dapat menjadi efisien. Alveolus ini dihubungkan dengan udara luar oleh bronkus, sehingga bronkus bercabang dua, yaitu menghubungkan paru-paru kiri dan kanan. Masing-masing percabangan bronkus akan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah terletak alveolus yang tersusun seperti buah anggur.

4.3 Histologi Trachea



Berdasarkan hasil pengamatan histologi trakea dapat diamati bahwa jaringan trakea terdiri dari pericardium epicardium, tunica adventitia dan cartilago. Epicardium yaitu lapisan paling luar. Pericardium merupakan lapisan tengah. Dan cartilago adalah tulang rawan pada trakea.
            Hal ini sesuai dengan Pearce (1999), lapisan-lapisan pada trakea meliputi lapisan mukosa,  lapisan submukosa dan lapisan tulang rawan trakeal dan lapisan adventitia.  Lapisan mukosa meliputi lapisan sel-sel epitel respirasi dan lamina propria.  Lamina proprianya banyak mengandung jaringan ikat longgar dengan banyak serabut elastik,  yang selanjutnya membentuk membran elastik yang menghubungkan lapisan mukosa dan submukosa. Pada submukosa terdapat kelenjar muko-serous yang mensekresikan sekretnya menuju sel-sel epitel.
           
4.4 Histologi Laring


Berdasarkan pengamatan histologi laring dapat diamati terdiri dari pericardium dan epicardium. Epicardium terletak di bagian paling luar. Sedangkan pericardium terletak dibagian tengah.
            Laring merupakan bagian saluran nafas yang menghubungkan faring dengan trakea. Selain berfungsi sebagai bagian sistem konduksi pernafasan, laring memainkan peranan penting dalam pembentukan suara (fonasi). Pada dindingnya terdapat suatu kerangka tulang rawan hialin dan tulang rawan elastis, sejumlah jaringan ikat, otot rangka, dan kelenjar mukosa. Pada permukaan depan dan sepertiga atas sampai setengah permukaan belakang epiglotis, kelipatan ariepiglotika (tepi atas selaput kuadratus) dan pita suara, epitelnya adalah berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Seluruh permukaan yang basah ini mengalami gesekan. Bagian laring selebihnya mempunyai epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet, yaitu epitel khas untuk saluran nafas walaupun jenis epitel diatas pita suara terutama bertingkat silindris bersilia, umumnya dijumpai pula bercak-cak epitel berlapis gepeng (Bavenlader, 2007).
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum anatomi amphibi adalah sebagai berikut :
1.      Histologi pulmo terdiri dari pembuluh arteri, vena, alveolus
2.      Histologi  bronkus ektra pulmonalis (BEP) terdiri dari saluran bronkus, kartilago serta selaput luar dari bronkus.
3.      Histologi trakea terdiri dari perichondrium, jaringan adipose, adventitia, epitel,  lamina propria, submukosa, cartilago. 
4.      Histologi glandula alveoli terdiri dari makrofag yang berbentuk bintik- bintik hitam dan saccus alveoli.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada Praktikum Histologi Sistem Respirasi adalah   praktikan sebaiknya mencari dan mempelajari dulu bagian seta bentuk dari lapisan pada histologi sistem respirasi supaya jelas saat pengamatan dan sebaiknya praktikan benar-benar melihat perbesaran pada preparat agar hasil yang didapat sesuai dengan apa yang ada di literatur.


 DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Y.A et al. 2009. Histological and histochemical studies on the esophagus, stomach and small intestines of Varanus niloticus. J Vet Anat. (2):35-48.
Gunarso, Wisnu.1979. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.
Hamny, et al. 2015. Morfologi Anatomi dan Histologi Usus Biawak Air (Varanus salvator). Universitas Syiah Kuala Press. Banda Aceh. Vol.16 No.2 : 152-158. ISSN : 1411 – 8327.
Harjana, Tri.2011. Buku Ajar Histologi. Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Junqueira, Louis C. 1971. Basic Histology 2nd Edition. Lange Medical Publications. Brazil.
Junqueira, LC dan Jose Carneiro. 1980. Basic Histologi. Lange Medical Publications. California.
Kierszenbaum, Abraham L. 2002. Histology and Cell Biology an Introduction to Pathology. Mosby. USA.
Leeson, Thomas S. 1835. Histology Second Edition. W.B Saunders Company. London
Semihardjo.1990. Buku Panduan Praktikum Histologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Tambayong, J.1995. Histologi Dasar. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta








4 komentar:

GERAK JATUH BEBAS DAN BANDUL SEDERHANA

GERAK JATUH BEBAS DAN BANDUL SEDERHANA Nafa Yulianti a , Rin Luan Hawari b , Azhardi Bustami b , Muhammad Dzul Akbar b a Jur...