BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati baik flora
maupun fauna. Kekayaan tersebut harus dilindungi dan dilestarikan agar tidak
punah di masa yang akan datang. Salah satu upaya pelestarian keanekaragaman
hayati tersebut dapat berupa kegiatan ekplorasi mengenai flora ataupun fauna
melalui penelitian sehingga hasil penelitian tersebut nantinya dapat mendukung
upaya konservasi flora maupun fauna yang diteliti (Hamny, 2015).
Histologi
adalah bidang ilmu biologi yang mempelajari tentang sruktur jaringan secara
mendetail dengan menggunakan mikroskopis. Jaringan adalah sekumpulan sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama sehingga membentuk suatu kesatuan
struktural dan fungsional yang nantinya akan membentuk suatu organ. Jaringan,
pada setia organ sistem pencernaan terdiri dari lapisan yang sama, yaitu
mukosa, submucosa, muskularis dan adventitia. Histologi respirasi adalah ilmu yang
mempelajari tentang jaringan yang terdapat pada organ sistem respirasi. Histologi berasal dari
kata histon yang artinya kumpulan
beberapa sel yang mempunyai satu atau lebih kekhususan fungsi yang membentuk
jaringan (Junqueira,
1971)
Sistem
dalam tubuh merupakan kesatuan dari berbagai jaringan yang mempunyai
spesialisasi yang berbeda, dalam hal ini spesialisasi bentuk, ukuran namun
memiliki tujuan yang sama yaitu mendukung berlangsungnya kerja dari satu sistem
organ tubuh. Sistem-sistem dalam tubuh
yang saling berkoordinasi akan dapat mempertahankan keseimbangan dalam tubuh
atau homeostasis dalam tubuh sehingga suatu organisme dapat bertahan hidup (Semihardjo,
1990).
Sistem
pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk
pertukaran gas. Sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk
membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma
menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem
pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup (Carneiro, 2005)
Rongga
hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat
juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang
masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah
yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk (Glenn, 1999)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring.
Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings)
pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara (Carneiro, 2005)
Makan
sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena
saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf
kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak
terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Dari faring, udara
pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut juga laring (Mader,
1999) Pada pangkal tenggorokan
terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saat kita
berbicara. Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian
di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan
kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga
bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke
saluran pernapasan. Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan
kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal
dari pada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah
kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih mudah
terserang penyakit bronchitis (Glenn, 1999).
Pada
ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang
rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar
cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Paru-paru terletak di dalam rongga
dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian
bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat (Mader,1998)
Paru-paru
ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus
dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru
dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam
yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis)
dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput dalam
terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru (Bardelli,2010).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan
diadakannya praktikum ini untuk mengetahui jaringan-jaringan penyusun
komponen-komponen system pernapasan.
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
Sistem pernapasan
merupakan tempat terjadinya pertukaran gas antara darah dan udara. Sistem
respirasi dibagi menjadi dua bagian pokok yaitu : bagian konduksi dan bagian
respirasi. Bagian konduksi berperan sebagai pencuci, memanasi atau mendinginkan
dan membuat udara lebih lembab, sedangkan bagian respirasi merupakan tabung yang
menghubungkan dunia luar dan paru-paru. Saluran ini terdiri dari hidung,
laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Bagian respiratoria merupakan bagian
dari paru-paru yang berfungsi untuk pertukaran gas antara darah dan udara.
Bagian ini terdiri dari saccus alveolaris dan ductus alveolus. Fungsi primer
sistem pernapasan ialah menjamin terlaksananya pertukaran gas (oksigen dan
karbondioksida) antara organisme dengan lingkungannya. Penyalur udara (rongga
hidung, nasofarings, laringo farings, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus)
menjamin aliran udara pernapasan dari dan ke daerah pertukaran udara dalam paru-paru
(Leeson,
1996).
Laring merupakan lapisan tabung ireguler
yang meguhubungkan faring dengan trakea. Dalama lamina propia terdapat sejumlah
rawan laring. Stuktur palaing rumit dalam system pernapasan. Rawan-rawan yang
lebih besar (Tiroid, krikoid, dan sebagian besar aritenoid) adalah rawan hialan
dan pada orang tua sebagian besar dapat mengalami kalsifikasi, Rawan yang lebih
kecil adalah rawan elastin. Ligamen-ligamen menghubungkan rawan tersebut satu
sama lain dan sebagian besar bersambung dengan otot-otot instrinsik laring,
dimana mereka sendiri tidak bersambungan karena itu adalah otot lurik
Trakea
adalah salah satu penyusun saluran dalam system pernapasan. Jaringan penyusun
trakea adalah terdiri atas. Epitel tipe pseudostratified columnar
yang disokong lamina basal dan lamina propria. Epitel dan lamina propria
menyusun lapisan mukosa. Lapisan submukosa terdapat di antara mukosa dan
karilago, tersusun atas jaringan pengikat padat, mengandung kelenjar seromukous
(kelenjar trachealis). Kartilago hialin bentuk huruf C, terbuka pada bagian
posterior. Antar ujung karilago dihubungkan oleh otot polos. Kartilago
diselubungi oleh jaringan pengikat padat perikondrium. Lapisan paling
luar adalah adventitia, tersusun oleh jaringan pengikat (Duval,1959).
Trakea
dibagi menjadi dua bagian yaitu, bagian servikal dan mediastinal dibagi oleh
garis sepanjang horizontal sepanjang bukaan thoraks dengan leher berada dalam
posisi vertikal. Pada anak-anak, trakea bagian thorakal sedikit lebih
pendek dibandingan bagian servikal. Sementara pada orang dewasa bagian torakal
mencakup dua pertiga dari seluruh panjang trakea. Trakea menghubungkan laring
dengan bronkus utama. Struktur ini terletak di garis tengah tubuh, dengan
bagian distal yang biasanya mengarah ke sisi kanan. Batas atas trakea lebih
tinggi pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Pada bayi yang baru
lahir batas atas trakea terletak pada tingkat vertebra serviks kedua dengan
adanya penurunan dari laring seiring dengan bertambahnya usia, maka batas atas
trakea mencapai vertebra servikal kelima pada anak berusia lima tahun dan
akhirnya mencapai tingkat vertebra keenam pada usia lima belas tahun (Duval, 1959)
Trakea
membelah menjadi dua brokus utama yang masuk kedalam paru-paru pada tiap hilus.
Sealain itu pada tiap-tiap hilus arteri dan vena pemebuluh limmfe masuk dan
meninggalkan paru-paru. Struktur ini dikelilingi oleh jaringan penyambung padat
dan membentuk akar paru- paru. Stelah masuk kedalam paru-paru bronkus primer
menuju bawah dan luar untuk membentuk 3 bronkus. Pada paru-paru kanan 2 bronkus
dan pada paru-paru kiri bronkus lobaris bercabang-cabang memebentuk bronkus
yang lebih kecil yang disebut bronkiolus ( Carneiro, 2005)
Bronkus
primer kiri dan kanan bercabang membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan dan 2
bronkus pada paru-paru kiri.
Bronkus-bronkus ini bercabang berulang-ulang membentuk bronkus-bronkus
yang lebih kecil, dan cabang-cabang terminalnya
dinamakan bronkiolus. Masing-masing bronkiolus bercabang-cabang lagi membentuk
5 – 7 bronkiolus terminalis. Tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi
2 bronkiolus respiratorius atau lebih.Histologi
bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel
epitel silindris berlapis semu bersilia dengan lamina propria yang tipis
(dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar dan berkas otot polos
yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit dapat berupa nodulus
limfatikus terutama pada percabangan bronkus.
Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan
seromukosa. Pada lapisan adventitia
terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan dan jaringan ikat
longgar dengan serabut elastin (Jasquiera, et al. 1980).
Lobulus
paru-paru berbentuk pyramid dengan apeks yang mengarah kearah permukaan paru-
paru. Tiap lobules dibatasi oleh septum jaringan penyambang tipis yang terlihat
pada fetus. Bronkiolus tidak memiliki kelanjar pada mukosanya tetapi hanya
ditunjukkan oleh adanya sel-sel goblet yang tersebar dalam epitel permulaan.
Pada bronkiolus yang lebih besar epitelnya terdapat silia. Pada bronkiolus
terminal , selain sel-sel bersilia , bronkus terminal juaga terdapat sel- sel
yang permukaan apikalnya berbentuk kubah ( Carneiro, 2005)
Saluran
alveoli dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis. Dalam lamina propria terdapat jala-jala
sel-sel otot polos yang saling menjalin.
Jaringan ikatnya berupa serabut elastin dan kolagen. Serabut elastin memungkinkan alveoli
mengembang waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai penyokong yang
mencegah peregangan berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa
alveoli yang tipis. Saluran alveolaris
bermuara pada atria (suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus
alveolaris) (Yatim, 1992).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu
sisinya pada sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan
pertukaran antara udara dan darah.
Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan lamina
propria yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin (Samsuri,
2004).
Alveoli
merupakan evaginasi kecil seperti kantung dari bronkiolus respiratoris, duktus
alveolaris dan sakus alveolaris. Alaveoli merupakan bagian terminal cabang-
cabang bronkus dan bertanggunga jawab atas struktur paru-paru yang menterupai
busa. Secara structural alveoli menyerupai kantong kecil yang terbuka pada salah
satu sisinya. Serabut-serabut yang dirancang agar memungkinkan perkembangan dan
kontraksi dinding alveoli, merupakan struktur primer penyokong alveoli. Pada
interstitial septa ditemukan leuukosit, makrofag, dan fibroblast. Oksigen udara
alveoli masuk kedalam kapiler dan melalui membrane yang membatasi udara dan
alveoli, CO2 dan H2CO3 dikatalis oleh enzim
ahidrase karbonat yang terdapat dalam sel-sel darah merah. Oleh karena itu,
tidak mengherankan apabila eritrosit mengandung 300 juta alveoli, jadi sangat
menambah permukaan pertukaran interna yang telah dihitung kira- kira 70-80 m2
(Tambayong, 1995)
Sebagian besar pulmo menerima darah dari
arteri pulmonalis yang bertipe elastis. Cabang arteri ini masuk melalui hilus
pulmonalis dan bercabang-cabang mengikuti percabangan bronkus sejauh bronkioli
respiratori. Dari
sini arteri tersebut memberi percabangan menuju ke ductus alveolaris, dan
memberi anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula menampung darah dari
anyaman kapiler di pleura dan dinding penyekak alveolus. Vena yang menampung
darah dari venula tidak selalu seiring dengan arterinya, tetapi melalui
jaringan pengikat di antara lobulus dan segmen. Pulmonalis dan vena pulmonalis
terutama untuk pertukaran gas dalam alveolus. Disamping itu terdapat arteri
bronchialis yang lebih kecil, sebagai cabang serta mengikuti bronchus dengan
cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan untuk nutrisi dinding bronchus termasuk
kelenjar dan jaringan pengikat sampai di bawah pleura. Darah akan kembali sebagian besar
melalui vena pulmonalis disamping vena bronchialis (Yatim, 1992).
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Histologi Sistem Respirasi ini dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Oktober 2017
pukul 13.15 WIB di Laboratorium Teaching
II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada Praktikum
Histologi Sistem Respirasi ini adalah mikroskop dan kamera. Adapun bahan yang
digunakan pada Praktikum Histologi Sistem Respirasi ini adalah preparat permanen
sistem respirasi.
3.3 Cara kerja
Pada Praktikum Histologi Sistem Respirasi
ini cara kerjanya adalah menyiapkan
alat dan bahan. Kemudian pasang kabel mikroskop dan tekan tombol on pada
mikroskop. Letakan preparat permanen pada meja objek dan amati dengan
perbesaran 4x10 lalu ambil gambar menggunakan kamera. Tukar perbesaran menjadi
perbesaran 10x10 lalu ambil gambar menggunakan kamera. Setelah gambar
didapatkan perlihatkan gambar kepada asisten.
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Histologi Bronkus Ekternal Pulmo (BEP)
|
Berdasarkan pengamatan histologi BEP didapatkan histologi BEP terdiri
dari selaput luar, lumen, otot polos dan kartilago. BEP berbentuk seperti huruf
c yang di kelilingi oleh selaput luar. Dan mempunyai kartilago yang tersisa
dari trakea.
Pernapasan
(respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2
(oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Tunica mucos terdiri
dari epithelium pseudostratificatum
berbentuk (terdapat cilia), membran basalis dan lamina propria: jaringan
konektif elastis nodus limfatikus. Tunica musculocartilaginea terdiri dari
musculus spiralis (otot polos), Cartilago bronchialis (Hyalin). Tunica
adventitia terdiri dari jaringan ikat,
sedikit jaringan lemak dan glandula seromucosa (Bevelander, 1988).
4.2 Histologi Pulmo
Berdasarkan
hasil pengamatan histologi pulmo dapat diamati bahwa histologi pulmo terdri
dari banyak alveola. Alveola pada pulmo berbentuk seperti ruang-ruang kosong. Alveola
ini memenuhi semua ruang pulmo. Pulmo juga terdiri dari vena dan arteri.
Pada gambar dalam histologi pulmo ini
terlihat bulatan kecil yang sangat banyak. Bulatan-bulatan alveolus yang
berbentuk busa ini dapat mencapai 600 juta, pada masing-masing paru-paru. Hal
ini sesuai dengan pendapat Duval, (1959) bahwa Struktur alveolus yang banyak
ini akan memperluas permukaannya sehingga pertukaran O2 dan CO2 di dalam
paru-paru dapat menjadi efisien. Alveolus ini dihubungkan dengan udara luar
oleh bronkus, sehingga bronkus bercabang dua, yaitu menghubungkan paru-paru
kiri dan kanan. Masing-masing percabangan bronkus akan membentuk bronkiolus.
Pada ujung bronkiolus inilah terletak alveolus yang tersusun seperti buah
anggur.
4.3
Histologi Trachea
Berdasarkan
hasil pengamatan histologi trakea dapat diamati bahwa jaringan trakea terdiri
dari pericardium epicardium, tunica adventitia dan cartilago. Epicardium yaitu
lapisan paling luar. Pericardium merupakan lapisan tengah. Dan cartilago adalah
tulang rawan pada trakea.
Hal ini sesuai dengan Pearce (1999), lapisan-lapisan
pada trakea meliputi lapisan mukosa,
lapisan submukosa dan lapisan tulang rawan trakeal dan lapisan
adventitia. Lapisan mukosa meliputi
lapisan sel-sel epitel respirasi dan lamina propria. Lamina proprianya banyak mengandung jaringan
ikat longgar dengan banyak serabut elastik,
yang selanjutnya membentuk membran elastik yang menghubungkan lapisan
mukosa dan submukosa. Pada submukosa terdapat kelenjar muko-serous yang
mensekresikan sekretnya menuju sel-sel epitel.
4.4 Histologi
Laring
Berdasarkan pengamatan histologi laring
dapat diamati terdiri dari pericardium dan epicardium. Epicardium terletak di
bagian paling luar. Sedangkan pericardium terletak dibagian tengah.
Laring
merupakan bagian saluran nafas yang menghubungkan faring dengan trakea. Selain
berfungsi sebagai bagian sistem konduksi pernafasan, laring memainkan peranan
penting dalam pembentukan suara (fonasi). Pada dindingnya terdapat suatu
kerangka tulang rawan hialin dan tulang rawan elastis, sejumlah jaringan ikat,
otot rangka, dan kelenjar mukosa. Pada permukaan depan dan sepertiga atas
sampai setengah permukaan belakang epiglotis, kelipatan ariepiglotika (tepi
atas selaput kuadratus) dan pita suara, epitelnya adalah berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk. Seluruh permukaan yang basah ini mengalami gesekan. Bagian
laring selebihnya mempunyai epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet,
yaitu epitel khas untuk saluran nafas walaupun jenis epitel diatas pita suara
terutama bertingkat silindris bersilia, umumnya dijumpai pula bercak-cak epitel
berlapis gepeng (Bavenlader, 2007).
BAB
V PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
didapat dari praktikum anatomi amphibi adalah sebagai berikut :
1. Histologi pulmo terdiri dari pembuluh arteri, vena,
alveolus
2.
Histologi bronkus ektra pulmonalis
(BEP) terdiri dari saluran bronkus, kartilago serta
selaput luar dari bronkus.
3.
Histologi trakea
terdiri dari perichondrium, jaringan adipose,
adventitia, epitel, lamina propria,
submukosa, cartilago.
4.
Histologi glandula
alveoli terdiri dari makrofag yang berbentuk bintik- bintik hitam dan saccus
alveoli.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada
Praktikum Histologi Sistem Respirasi adalah praktikan sebaiknya mencari dan mempelajari
dulu bagian seta bentuk dari lapisan pada histologi sistem respirasi supaya jelas
saat pengamatan dan sebaiknya praktikan benar-benar melihat perbesaran pada
preparat agar hasil yang didapat sesuai dengan apa yang ada di literatur.
Ahmed,
Y.A et al. 2009. Histological and histochemical studies on the esophagus, stomach and
small intestines of Varanus niloticus. J Vet Anat. (2):35-48.
Gunarso,
Wisnu.1979. Dasar-Dasar Histologi.
Erlangga. Jakarta.
Hamny,
et al. 2015. Morfologi Anatomi dan Histologi Usus Biawak Air (Varanus salvator).
Universitas Syiah Kuala Press. Banda Aceh. Vol.16 No.2 : 152-158. ISSN : 1411 –
8327.
Harjana,
Tri.2011. Buku Ajar Histologi.
Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Junqueira,
Louis C. 1971. Basic Histology 2nd
Edition. Lange Medical Publications. Brazil.
Junqueira,
LC dan Jose Carneiro. 1980. Basic Histologi. Lange Medical Publications. California.
Kierszenbaum, Abraham L. 2002. Histology and Cell Biology an Introduction to Pathology. Mosby.
USA.
Leeson,
Thomas S. 1835. Histology Second Edition.
W.B Saunders Company. London
Semihardjo.1990.
Buku Panduan Praktikum Histologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Tambayong,
J.1995. Histologi Dasar. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Terimakasih mba, semoga bermanfaat..
BalasHapusBaguuss..
BalasHapusBaguuss..
BalasHapusTerimakasih.. semoga bermanfaat..
Hapus